Pages

Rabu, 07 Juni 2017

Pada Beberapa Kesempatan....

Pada beberapa kesempatan, saya masih sering berpikir. Kapan yah saya bisa keluar negeri, kapan kira-kira bisa jalan-jalan jauh, menembus batas negara sendiri, berkelana hingga jauh. Ini memang impian sejak mahasiswa, yang pernah pupus lantaran nasib dan takdir yang tak dimengerti cara mainnya. Saya pernah banting stir, membelokkan visi dan jalan hidup. Tak kesampaian ke luar negeri, saya pun mengikuti program yang berpeluang memberiku sensasi yang sama, saya mengikuti program pemerintah yang bisa membawaku pergi dari tanahku sendiri.
Saya tidak tahu, dari mana ini bermula. Semenjak saya bisa mengenal dunia dari bacaan-bacaan dan media, telah tertanam di kepala bahwa alangkah datarnya hidup kalau di sini-sini saja. Saya banyak membaca kisah-kisah perjalanan, bertemu backpacker-backpaker berani yang bermodal nekad pergi ke tanah seberang. Di Maratua dahulu, saya berkenalan dengan pelancong kanada, polandia, amerika, perancis, belanda, china, dan banyak negara asia dan eropa. Saya senang menanyai latar belakangnya, dengan bahasa inggris seadanya. Saya bisa simpulkan, sederhana saja mereka adanya, rata-rata tidak kaya seperti yang kita duga, mereka lebih mengandalkan tekad, keinginan menderita, dan menghalau segala khawatir dan manja demi memenuhi pemenuhan perluasan wawasan dan pengalaman hidup.
“Uang tiket biaya perjalanan ambil dari mana, sir?”
Saya pernah beberapa kali dengan serius menanyakan hal itu pada turis yang berbeda. Yang kusadari kini bahwa itu ternyata pertanyaan bodoh bagi seorang anak muda yang telah beranjak dewasa. Apalagi kalau itu diajukan kepada diri, atau yang memulai misi dan tujuan setiap yang dilakukannya dari uang. Hampir pasti, jawaban dari pertanyaan tersebut adalah tidak ada, tidak bisa, tidak mungkin.
Dunia luas bisa disadari keberadaannya dari terbukanya pemikiran, meluaskan pandangan, yang bisa mendapatkan sesuatu yang tak terbayangkan, pengetahuan, pengalaman, kedewasaan, teknologi, dan ilmu. Orang-orang yang seperti inilah yang bisa menemui keajaiban, mendapati ajaib kuasa ilahi. Pemuda yang menggendong tas butut dengan persiapan sebisanya, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring, yang kalau menderita sekali menderita, kalau jaya sekali jaya raya. Kurang lebih sama dengan orang-orang bugis, minang, dan jawa, yang saat ini menguasai perdagangan nusantara. Mereka bisa mendiami kampung orang dengan jaya dan bisa ditemui di seantero  negeri. Berbekal tekad, nekad, dan keinginan,  
Tak pernah terbayang saya akan berlama-lama di kampung. Apalagi saat telah menamatkan sarjana, tak ada hikmah apapun yang bisa diperoleh dari setiap kisah menderita, tak ada pelajaran yang bisa diambil, selain kesan sempit dan miskin pengalaman. Orang-orang perantau, serendah apapun ilmunya, ternyata secara mentalitas lebih pemberani, lebih kuat dan tahan malang dibanding tuan tanah. Para pemuda yang ditugaskan belajar jauh di negara maju secara mandiri, cukup dengan bekal prinsip-prinsip agama di dadanya, akan memiliki daya inovasi dan inisiatif yang lebih. Imajinasi mereka bangkit, rasa percaya diri menggeliat, dan sekembalinya, membawa sejuta pengalaman, cerita, dan perenungan yang membentuk visi mereka.
Ini masih tertanam di pikiran saya. Belum pernah saya keluar negeri, tetapi memilih tinggal menetap di kampung adalah hal yang sulit dan rasanya menggelisahkan. Tidak ada pertaruhan, tidak ada penaklukan dan kemenangan. Pergi, menemui banyak tempat. Menghadapai kemungkinan-kemungkinan yang sulit ditebak, membaur bersama gelisah, kemungkinan buruk, dan surprized pada kenyataan-kenyataan baik yang dipersembahkan oleh Tuhan.
Merantau, menempa diri, itu akan memuliakan diri. Kita tak akan menggampangkan agama, hidup akan sangat dekat dan merasa butuh pertolongan Tuhan. Hidup akan mengenal antisipasi, tak ada pilihan bermalas-malasan, dan sangat mengandalkan diri dibanding mengharap pertolongan keluarga dan teman dekat.
Di rantau, Tuhan lebih dekat. Meminta dan mengharap pertolongannya lebih sering dilakukan, dengan kualitas ibadah yang lebih baik. Itu menurut saya, dan berdasar kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam hidup saya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar