Pages

Kamis, 27 Agustus 2015

Berkenalan dengan Alam Maratua

Kawan, sudah pernahkah kalian ke Maratua? Atau begini, sudah kenalkah kalian dgn Maratua, atau paling tidak pernah mendengar atau membaca nama Maratua? Mari, akan kuajak kalian berkenalan. Mr. Robert, bule’ dari polandia pernah kumintai pendapatnya, ia berujar: Very beautiful young man. Like a little paradise! Maratua, terletak di utara, keindahannya tak diumbar-umbar, tak terlalu diekspose, hingga tentulah tak sepopuler pantai Kuta di Bali, Pantai Senggigi di Mataram, alam Raja Ampat, atau pantai Losari di Makassar. Tak. Maratua berbeda. Ia tersembunyi, jauh ke utara, di batas laut Negara tetangga. Ada banyak destinasi yang bisa kawan kunjungi dan nikmati. Kalau suatu nanti kawan berkunjung ke sini, dan jika kalian berjalan di sepanjang pulau yang melengkung seperti huruf J, kalian akan disambut dengan udara yang lembut dan segar, udara yang tak dingin dan tak panas, seperti memang telah ditakar Tuhan untuk dipaskan di hati. Kemudian, lihatlah ke sekitar: pepohon yang masih belantara, dan monyet-monyet bergelantungan di atasnya, laut yang berpendar biru muda, menjilati pasir putih, beburung yang terbang, dan delta yang melengkung seperti telah disolek secantik mungkin oleh Tuhan.
Mari! Mari kawan, akan kubawa kalian jalan-jalan mengelilingi pulau eksotik ini. Pertama, akan kukenalkan kalian kampung tempat tinggalku. Kampung Payung-Payung, merupakan bagian dari empat kampung yang ada di pulau: Bohebukut, Bohesilian, dan Teluk Alulu. Saat kalian ke Payung-Payung, tentu saja kalian turun di ujung dermaga. Berjalanlah kalian di sepanjang dermaga itu. Keluar dari dermaga menuju perkampungan, kalian akan disambut dengan gapura besar, memampangkan sopan sebuah tulisan penuh adat “ Selamat Datang di Objek Wisata Pulau Maratua Kabupaten Berau”, dengan patung penyu di kanan kiri sebagai pengawal. Selepasnya, rumah kecil-kecil berbaris tak rapat, jalan lurus-lurus tak beraspal, dan para pejalan tak beralas kaki lalu lalang di bahunya. Di kanan kiri jalan tertata rapi sekali pepohon kelapa, berjejer memanjang seperti barisan upacara. lalu seratus meter dari tempat itu, hanya diantarai sebuah lapangan sepak bola, terdapatlah sebuah sekolah, tempatku mengukir kisah bersama adik-adik siswa. Antara dermaga, lapangan sepak bola, masjid, dan sekolah, merupakan pusat kampung payung-payung. Di dominasi warna hijau dan biru.
Di hadapan kampung itu, sedikit menjauh, terdapat pulau cermin raksasa di tengah laut: Pulau Kakaban, tempat ubur-ubur terbaik dunia berada. Di sebelah baratnya, terdapatlah pulau Sangalaki, merupakan tempat penangkaran penyu alami. Penampakannya kecil seperti spot di tengah laut, pasirnya bersih dan dipenuhi bekas rayapan penyu. Telah pernah kami kelilingi dengan jalan kaki di putih pasirnya, dibelai semilir anginnya.
Mari, kita ke utara, menemui gugusan pulau lain yang ada. Tepatnya di ujung terutara, terbentanglah dua pulau kembar, bernama Bakungan. Saya telah dua kali ke sana, tidur2an di dermaga panjangnya, dan menatap berlama-lama ke utara. Tak ada apa-apa lagi setelahnya, kecuali lautnya yang sangat biru pertanda sangat dalam, membentang kosong hingga ke filipina.
Jika kalian pernah berkunjung ke Maratua, saya yakin kalian pasti akan mengingatnya sampai sekarang. Saat matahari pertama kali menyinari bumi, kalian akan disambut dengan kicauan burung yang bersahutan, monyet yang berangkulan. Lalu, dari pantulan embun yang membasahi pepohon bermunculan warna-warni seperti pelangi, seperti selendang para bidadari yang selalu menari penuh bahagia. Para warga telah mengenal kedamaian adalah nafas, seperti detak jantung yang berdentam setiap detik, alam di kampung adalah hidup mereka. Kalau kawan ke sini, demi Tuhan, kawan tidak akan menemui air yang meninggi yang menggenangi rumah, tidak akan pernah ada kemacetan-kemacetan menjengkelkan, suara-suara bising kendaraan, dan keadaan yang runyam saat anak-anak muda turun ke jalan dan melempar batu sembarangan.
Di selat, terdapat 4 gugusan pulau cantik, hanya dua yang berpenghuni (rumah wisata) yaitu Pulau Papandangan dan Nusa Kokok. Pulau tercantik dan menjadi icond adalah Pulau Papandangan (atau lebih popular disebut pulau Nabuko –disebut begitu karena wisata pulau ini dikelola perusahaan wisata jerman yang bernama PT. Nabucco--).
Sebenarnya saya telah beberapa kali ke Nabuko dan saya tak pernah bosan dengan sensasinya. Sebab air laut pandai sekali memainkan peran. Ketika surut tiba, tampaklah pasir putih membentang yang bagus ditempati main-main dan berkejar-kejaran. Jikalau pasang, tempat itu jadi laut dangkal yang dirambati berbagai jenis ikan jinak, itu berarti aktivitas snorkeling jadi mengesankan. Saya pernah melihat penampakannya dari atas gunung putih, daratan tertinggi maratua. Dari sana, Nabuko begitu menggoda dengan penataan artistik. Pantainya dikelilingi rumah-rumah bule menghadap kelaut dengan teras memanjang sampai ke laut dikokohi tiang-tiang yang panjang. Dari puncak gunung itu pula, tampak deretan kelapa yang berbaris. Kalau air surut, pasir putih akan membentang membentuk lingkaran tak jauh dari hadapannya sampai ke Pulau Nusa Kokok. Di siang hari, di sanalah bule-bule berjemur sepanjang surut.
***
Kalau hujan turun, pelangi warna-warni selalu. Berpadu puncak pepohon kelapa dan chery yang tumbuh banyak di pekarangan. Kalau panas, laut akan menghembuskan nafas segarnya ke pulau, meniup pepohon dan segenap mahluk-mahluk yang ada di bawahnya. Ketika kita ingin memancing, tak perlu jauh-jauh ke tengah laut, di ujung dermaga pun, bisa dapat ikan. Mata kalian akan kian terbuka, ketika melihat penyu menyerbu pagi di dermaga, selalu. Ada ratusan penyu yang selalu datang ke pantai, memutar-mutar, bermain-main di air dangkal, sambil sesekali menyembulkan nafasnya ke udara.
Sementara, sekolah kami (SMPN 27 Berau) beragam buah meneduhinya. Cabang-cabang buah kedondong tinggi berkilat-kilat memampangkan buahnya yang ranum menguning dan tak dipedulikan, kalau pagi burung-burung segala rupa rajin bermain-main di situ, meloncat-loncat penuh bangga ke pohon ketapang, nangka, kates, lalu menjarah buah-buah cherry yang tumbuh di depan rumahku. Saat kupusatkan pendengaranku pagi-pagi, duduk bersila memejamkan mata di teras, serupa pekunfu shaolin yang sedang bertapa, saya begitu dapat merasai semilir angin yang menggerakkan dedaun, dan bunyi-bunyi beburung itu seperti mahluk-mahluk dari surga yang meniupkan keindahan sampai ke kalbu.
Mari, kawan. Akan kuajak lagi kalian ke Kampung Bohesilian, di sini terdapat Objek wisata Teluk Pea, Ombok-Ombok, Gua Angkal-Angkal, Danau Haji Mangku, dan Goa Sembat. Hutannya luas, belantara dan curam. Sementara, di Kampung Bohebukut yang merupakan ibukota kecamatan, terdapat Maratua Paradise, Maratua guest house, Goa Organ, Danau Tanah Bambang, dan Goa Keheabok. Antara kampung Bohebukut dan Payung-Payung, terdapat lagi danau besar nan cantik: Haji Buang, begitu damai dan asli. Kalau kawan bersampan ke tengahnya, akan kawan temui segala rupa ubur-ubur dan monyet2 yang berangkulan di deltanya. Kalau dari gunung putih, penampakannya serupa kelokan ular bercabang: Mengesankan.
Kalau ada waktu, berkunjunglah suatu nanti, kawan! Akan kawan temui sebuah dunia yang kan membuatmu jatuh cinta pada alam, pada petualangan…. Kawan!

*Dhito Nur Ahmad (Peserta SM-3T UNM di Maratua) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar