Kawan,
sudah pernahkah kalian ke Maratua? Atau begini, sudah kenalkah kalian dgn
Maratua, atau paling tidak pernah mendengar atau membaca nama Maratua? Mari,
akan kuajak kalian berkenalan. Mr. Robert, bule’ dari polandia pernah kumintai
pendapatnya, ia berujar: Very beautiful
young man. Like a little paradise!
Maratua, terletak di utara, keindahannya tak diumbar-umbar, tak terlalu
diekspose, hingga tentulah tak sepopuler pantai Kuta di Bali, Pantai Senggigi
di Mataram, alam Raja Ampat, atau pantai Losari di Makassar. Tak. Maratua
berbeda. Ia tersembunyi, jauh ke utara, di batas laut Negara tetangga. Ada
banyak destinasi yang bisa kawan kunjungi dan nikmati. Kalau suatu nanti kawan
berkunjung ke sini, dan jika kalian berjalan di sepanjang pulau yang melengkung
seperti huruf J, kalian akan disambut dengan udara yang lembut dan segar, udara
yang tak dingin dan tak panas, seperti memang telah ditakar Tuhan untuk
dipaskan di hati. Kemudian, lihatlah ke sekitar: pepohon yang masih belantara,
dan monyet-monyet bergelantungan di atasnya, laut yang berpendar biru muda,
menjilati pasir putih, beburung yang terbang, dan delta yang melengkung seperti
telah disolek secantik mungkin oleh Tuhan.
Mari!
Mari kawan, akan kubawa kalian jalan-jalan mengelilingi pulau eksotik ini. Pertama,
akan kukenalkan kalian kampung tempat tinggalku. Kampung Payung-Payung, merupakan
bagian dari empat kampung yang ada di pulau: Bohebukut, Bohesilian, dan Teluk
Alulu. Saat kalian ke Payung-Payung, tentu saja kalian turun di ujung dermaga.
Berjalanlah kalian di sepanjang dermaga itu. Keluar dari dermaga menuju
perkampungan, kalian akan disambut dengan gapura besar, memampangkan sopan
sebuah tulisan penuh adat “ Selamat Datang di Objek Wisata Pulau Maratua Kabupaten
Berau”, dengan patung penyu di kanan kiri sebagai pengawal. Selepasnya, rumah
kecil-kecil berbaris tak rapat, jalan lurus-lurus tak beraspal, dan para
pejalan tak beralas kaki lalu lalang di bahunya. Di kanan kiri jalan tertata
rapi sekali pepohon kelapa, berjejer memanjang seperti barisan upacara. lalu
seratus meter dari tempat itu, hanya diantarai sebuah lapangan sepak bola,
terdapatlah sebuah sekolah, tempatku mengukir kisah bersama adik-adik siswa.
Antara dermaga, lapangan sepak bola, masjid, dan sekolah, merupakan pusat
kampung payung-payung. Di dominasi warna hijau dan biru.
Di hadapan kampung itu, sedikit menjauh,
terdapat pulau cermin raksasa di tengah laut: Pulau Kakaban, tempat ubur-ubur
terbaik dunia berada. Di sebelah baratnya, terdapatlah pulau Sangalaki,
merupakan tempat penangkaran penyu alami. Penampakannya kecil seperti spot di
tengah laut, pasirnya bersih dan dipenuhi bekas rayapan penyu. Telah pernah
kami kelilingi dengan jalan kaki di putih pasirnya, dibelai semilir anginnya.
Mari, kita ke utara,
menemui gugusan pulau lain yang ada. Tepatnya di ujung terutara, terbentanglah
dua pulau kembar, bernama Bakungan. Saya telah dua kali ke sana, tidur2an di
dermaga panjangnya, dan menatap berlama-lama ke utara. Tak ada apa-apa lagi
setelahnya, kecuali lautnya yang sangat biru pertanda sangat dalam, membentang
kosong hingga ke filipina.
Jika kalian pernah berkunjung ke Maratua, saya
yakin kalian pasti akan mengingatnya sampai sekarang. Saat matahari pertama
kali menyinari bumi, kalian akan disambut dengan kicauan burung yang
bersahutan, monyet yang berangkulan. Lalu, dari pantulan embun yang membasahi
pepohon bermunculan warna-warni seperti pelangi, seperti selendang para
bidadari yang selalu menari penuh bahagia. Para warga telah mengenal kedamaian adalah
nafas, seperti detak jantung yang berdentam setiap
detik, alam di kampung adalah hidup mereka. Kalau
kawan ke sini, demi Tuhan, kawan tidak akan menemui air yang meninggi yang
menggenangi rumah, tidak akan pernah ada kemacetan-kemacetan menjengkelkan,
suara-suara bising kendaraan, dan keadaan yang runyam saat anak-anak muda turun
ke jalan dan melempar batu sembarangan.
Di
selat, terdapat 4 gugusan pulau cantik, hanya dua yang berpenghuni (rumah
wisata) yaitu Pulau Papandangan dan Nusa Kokok. Pulau tercantik dan menjadi icond adalah Pulau Papandangan (atau
lebih popular disebut pulau Nabuko –disebut begitu karena wisata pulau ini
dikelola perusahaan wisata jerman yang bernama PT. Nabucco--).
Sebenarnya
saya telah beberapa kali ke Nabuko dan saya tak pernah bosan dengan sensasinya.
Sebab air laut pandai sekali memainkan peran. Ketika surut tiba, tampaklah
pasir putih membentang yang bagus ditempati main-main dan berkejar-kejaran.
Jikalau pasang, tempat itu jadi laut dangkal yang dirambati berbagai jenis ikan
jinak, itu berarti aktivitas snorkeling jadi mengesankan. Saya pernah melihat
penampakannya dari atas gunung putih, daratan tertinggi maratua. Dari sana,
Nabuko begitu menggoda dengan penataan artistik. Pantainya dikelilingi
rumah-rumah bule menghadap kelaut dengan teras memanjang sampai ke laut
dikokohi tiang-tiang yang panjang. Dari puncak gunung itu pula, tampak deretan
kelapa yang berbaris. Kalau air surut, pasir putih akan membentang membentuk
lingkaran tak jauh dari hadapannya sampai ke Pulau Nusa Kokok. Di siang hari,
di sanalah bule-bule berjemur sepanjang surut.
***
Kalau
hujan turun, pelangi warna-warni selalu. Berpadu puncak pepohon kelapa dan chery
yang tumbuh banyak di pekarangan. Kalau panas, laut akan menghembuskan nafas
segarnya ke pulau, meniup pepohon dan segenap mahluk-mahluk yang ada di
bawahnya. Ketika kita ingin memancing, tak perlu jauh-jauh ke tengah laut, di
ujung dermaga pun, bisa dapat ikan. Mata kalian akan kian terbuka, ketika
melihat penyu menyerbu pagi di dermaga, selalu. Ada ratusan penyu yang selalu
datang ke pantai, memutar-mutar, bermain-main di air dangkal, sambil sesekali
menyembulkan nafasnya ke udara.
Sementara,
sekolah kami (SMPN 27 Berau) beragam buah meneduhinya. Cabang-cabang buah
kedondong tinggi berkilat-kilat memampangkan buahnya yang ranum menguning dan
tak dipedulikan, kalau pagi burung-burung segala rupa rajin bermain-main di
situ, meloncat-loncat penuh bangga ke pohon ketapang, nangka, kates, lalu
menjarah buah-buah cherry yang tumbuh di depan rumahku. Saat kupusatkan
pendengaranku pagi-pagi, duduk bersila memejamkan mata di teras, serupa pekunfu
shaolin yang sedang bertapa, saya begitu dapat merasai semilir angin yang
menggerakkan dedaun, dan bunyi-bunyi beburung itu seperti mahluk-mahluk dari surga
yang meniupkan keindahan sampai ke kalbu.
Mari,
kawan. Akan kuajak lagi kalian ke Kampung Bohesilian, di sini terdapat Objek wisata
Teluk Pea, Ombok-Ombok, Gua Angkal-Angkal, Danau Haji Mangku, dan Goa Sembat.
Hutannya luas, belantara dan curam. Sementara, di Kampung Bohebukut yang
merupakan ibukota kecamatan, terdapat Maratua Paradise, Maratua guest house,
Goa Organ, Danau Tanah Bambang, dan Goa Keheabok. Antara kampung Bohebukut dan
Payung-Payung, terdapat lagi danau besar nan cantik: Haji Buang, begitu damai
dan asli. Kalau kawan bersampan ke tengahnya, akan kawan temui segala rupa
ubur-ubur dan monyet2 yang berangkulan di deltanya. Kalau dari gunung putih,
penampakannya serupa kelokan ular bercabang: Mengesankan.
Kalau
ada waktu, berkunjunglah suatu nanti, kawan! Akan kawan temui sebuah dunia yang
kan membuatmu jatuh cinta pada alam, pada petualangan…. Kawan!
*Dhito
Nur Ahmad (Peserta SM-3T UNM di Maratua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar