Menurutmu,
bagaimanakah rasanya kehilangan orang yg paling dicintai dalam hidup? Sakit
pastinya. Bagiku, seperti kehilangan satu-satunya harapan untuk hidup.
Pernyataan itu sebenarnya pernah kuungkapkan dalam status saya di fb (agak
lamami). sesuatu yang juga tak kutau mengapa saya merasa perlu membaginya. Tapi
sungguh, saya pernah merasa menyesal sekali karena menuliskanya. Bahkan, sering
ingin marah pada diri saya. Belakangan ini, saya merasa terlalu dikuasai sama
fb, hingga segala sesuatunya mesti dishare, mesti melapor. Itulah, sebenarnya
saya pun tidak bgitu nyaman sama orang yg terlalu sering curhat di fb. Ingin
sekali kukatakan, bahwa fb itu bukan apa2, tak harus menjadi semacam candu yang
mudah sekali mengatur hidup. Sebenanya, saya pun telah beberapa kali berencana
menutup akun saya, meskpun tak pernah jadi sampai sekarang.
Dari
dulu memang kusadari, saya memang tak pandai mengungkapkan sesuatu dengan cara
yang lucu dan menyenangkan, tak pernah saya bisa menggoda orang dengan ceita
tak masuk akal namun disenangi, apalagi membuat org menangis karena ceritaku.
Mungkin seperti yang selama ini org sangka: saya terlalu gugup, terlalu
pesimis. Maka kuputuskan saja untuk mengungkapkan segalanya dengan menulis.
Sesuatu yang menurutku lebih saya kuasai ketimbang berbicara langsung.
Makanya,
saat ini kuputuskan untuk menuliskan semuanya, dan mungkin takkan kujawab
tentang musabab pertanyaan yg kulontarkan di awal tadi. Kalau saya bersedih, mestikah
ada alasannya? Harusnya ya, segala sesuatu yg terjadi memang butuh alasan. Tapi
ini? Saya sendiri tak tau bisa bgini, hingga saya merasa tak butuh alasan utk
bersedih, atau lebih tepatnya tak perlu kukatakan padamu alasannya, karena tak
dikatakan pun pasti tahu. Pun, saya tak bgitu senang dgn nasehat yang memintaku
tabah, sabar, dan semacamnya.
Kehilangan
org dicintai memang sakit. Seperti kehilangan segalanya, kekuatannya mampu
melenyapkan segala mimpi, bahagia, dan membuat kita seolah tak berjarak dengan
sepi. ia hadir begitu saja tanpa kuasa dibendung, tanpa bisa dicegah, lalu
kemudian membawa lari satu2nya alasan
utk melanjutkan hidup. Sekedar tahu saja, ia sangat mencintaiku, bahkan sebelum
kepergiannyapun namaku selalu disebutnya, bahwa betapa ia ingin diriku jd org .
Dan betapa aku pun berupaya mewujudkan yg ia inginkan dariku, tapi tak sempat
lagi.
Lamami
memang beliau pergi, sudah lebih 8 bulan, tepat di akhir tahun, dan dimusim
hujan. Tapi sejak saat itu selalu ada masalah dengan diri kalau sedang sendirian,
kalau bukan takut, pasti menangis, dan hujan menjadi musim yg datang tak
beraturan di hati, semaunya. Lalu, semuanya terjadi begitu saja, seperti tak
membutuhkan alasan utk terjadi. Juga menjadi slah satu pengompor utk mewujudkan
cita-cita lamaku untuk pergi, dirantau, meninggalkan makassar dan kampungku.
Entah
ini karena apa, sy merasa kek… hidupku bermula dari situ. Dan lagi2 entah knp,
pada musim hujan kali ini saya mrasa perlu menuliskan ini dsini. Juga, ini
adalah rencana ksekian saya utk tak terlalu aktif membuka fb saya, atau
membukanya hanya utk sesuatu yg penting saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar