Kawan, sini. Marilah sini! Duduklah di dekatku,
saya ingin bercerita. Bersediakah kau mendengarnya? Bersedia yah! Ayolah! Jangan
gitu ah, saya akan senang sekali jika kau bersdia jadi pendengarku. Baiklah,
untuk mempersingkat waktu-_- kumulai saja ceritanya. Begini. Penahkah kau
melihat skawanan jin yang berdiskusi berhadap-hadapan selayaknya manusia?
Pernahkah kau mengadakan pembicaraan dengan teman-temanmu untuk kuliah di
negeri jin? Atau percayakah kamu jika jin itu sendiri sekarang tengah duduk
bersamamu dan membantumu membaca catatan ini? Percaya? Hoh, tidak? Hm… baiklah,
saya juga tak percaya bahwa kau akan percaya. Tapi sudahlah. Saya tak akan
bercerita tentang itu. Tak sekarang. Saya akan bercerita tenang kami, kita, dan
sealur cerita yang kami ukir dengan sangat sderhana bersama teman-teman
seperjuangan di PASKHAS TNI-AU.
Siapakah kami dan bagaimanakah kami? Ah, biarlah
itu jadi lipatan rahasia yang cukup kami saja yang tahu. Kau tak perlulah, atau
ah, baiklah, begini, jika kamu sangat ingin tahu, dan ingin merasai pula, lebih
mendekalah, saya akan membisikimu: di
sana itu, membahagiakan, lebih dari sekdar cinta pertama, lebih, lebih dari
skdar itu.
Jika kau ingin menjadi bahagia, kau tak perlu
bersusah-susah sekolah tinggi-tinggi, bekerja keras pagi-malam, atau memburu
jabatan yang disediakan Negara. Cukuplah kau jadikan dirimu menderita
semenderita mungkin, sakit sesakit mungkin, menangis semenangis mungkin. Lalu
kemudian kamu kemudikan dirimu ke tempat yang lain, bandingkan stelahnya,
itulah bahagia. Atau kusarankan bgini, kalau perlu, cambuklah dirimu di suatu
hari, hari setelahnya kamu akan merasai dan benar-benar menikmati sensasi:
alangkah bahagianya hidupmu.
Itulah yang tengah kurasakan kawan, dan itulah pelajaran
pertama yang bisa kubagi padamu, dan bahagia itu, benar-benar bisa kurasakan
setelah diajar mngubah keadaan buruk yang sngaja diciptakan itu jadi pembahagia.
Dan diakhir cerita, kami betul-betul merasakan bagaimana kebersamaan itu,
bagaimana disiplin itu, bagaimana mengatur diri itu.
Di sini pula, kami belajar saling mencintai (cinta
yang bukan melibatkan rasa yang aneh itu yah!) Pun, kisah kami akan tetap
seperti ini adanya. Dan… inilah dia….. teman-teman saya….
Di sini kami saling mengingatkan diri, bahwa di
luar sana, ada spesies yang sangat berbahaya buat kita, yaitu mahluk aneh dan
ditakdirkan hidup dalam raga kita, sesuatu yang kadang mnyetir kita jatuh
cinta, benci, selalu ingin bersenangsenang, menunda hal penting, dan bermain fb
lama-lama. Besok lusa, dengan mudahnya ia akan mengarak kita ke pembuangan. Ingat
itu yah, teman-teman…..
Jika kamu punya pacar dan berkata tak bisa melupakanmu, maka mulai sekarang mulailah blajar lupa (utk sementara). apalagi kalau yg mengatakan bahwa setiap
saat yang dipikirannya selalu ada kamu, tanyakanlah satu tambah satu jumlahnya
berapa. jika jawabannya adalah kamu, maka betullah. jika tidak, berarti dia pmbohong kelas amatiran yang utk sementara harus kamu lupakan -_-. Tapi jika kamu punya teman
baik dan mengatakan hal serupa padamu, percayalah, ia bukan sahabat, bukan,
tapi makhluk yang harusnya membuatmu bersiap-siap jika kisah hidupmu nanti
meluncur sangat menyakitkan. Masuk akal?
Akhirnya, saya ingin mengakhiri cerita ngawur ini
dengan ucapan selamat. Selamat. Kepada kawan-kawan seperjuanganku di bawah ini.
Tetaplah semangat, tunjukkan yang terbaik,
jadikan kebersamaan adalah nafas kita (togetherness is our breath). Insya Allah
impian kita bersama terwujud, melunasi janji kemerdekaan, mencerdaskan anak
bangsa, dan mewujudkan generasi emas Indonesia. Ingat, kata komandan PASKHAS
TNI-AU: Modalnya hanya semangat, semangat. itu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar