Catatan Perjalanan
Sealur
cerita di Bumi Nene Mallomo
Setelah
menempuh 6 jam perjalanan yang melelahkan, akhirnya sampailah kami di kota
tujuan. Sebuah kota kecil, dengan jajaran pohon berbaris dan pemandangan
hamparan sawah membentang. Hari itu telah sore, matahari telah temaram di ufuk
barat. Kami, serombongan mahasiswa KKN dengan enggang dan malas sekali turun
dari bus sembari mengurus barang masing-masing. Hari pertama, kami diarak
menuju kantor kecamatan, berdesak-desakan dalam sebuah ruang yang dipenuhi
tempelan-tempelan foto. Dua orang yang tak kukenal telah duduk dengan gagah
sekali di depan hadirin. Segala hal diberitahu, mulai dari hal remeh-temeh
semisal bagaimana beradaptasi dengan tuan rumah yang akan ditempati rumahnya,
tentang kota ini yang merupakan penghasil beras dan telur tertinggi di Sulawesi
Selatan (loooh.... apa hubungannya dgn tugas kami?), sampai pada penyerahan
mahasiswa ke kepala lingkungan masing-masing.
Kota
ini, sebuah kota sederhana yang berjarak 180 kilo meter dari makassar. Di
hampir setiap sudut kita akan disuguhi dengan pajangan poster dan baliho
politik. Aku yakin, masyarakat daerah ini punya fanatisme tinggi terhadap salah
satu kandidat orang nomor satu di provinsi ini. Tentu saja, jika dibandingkan
dengan makassar, kota ini berbeda. Pastinya tidak akan ada kemacetan lalu
lintas yang bikin gerah dan menjengkelkan itu. Di hari apapun, tak akan ditemui
sekumpulan anak muda murahan yang berteriak-teriak di jalan, mencegat mobil
sembarangan, atau melakukan aksi saling lempar batu seperti yang sering
disajikan di tv. Ya, aku sedang tidak di makassar.
Maka
di sinilah aku sekarang, berkenalan dengan langit sidrap yang temaram. Di sini
aku berjabat dengan banyak hal. Mempelajari segala hal baru yang belum kami
temui. Jika sore tiba, kami bisa dengan leluasa jalan-jalan ke Pangker, sebuah
taman mini yang terletak pas di tengah kota pangkajene. Pagi hari, kami
menghambur ke jalan, menuju sekolah tempat ppl, pulangnya, barulah bisa
melenggang santai menikmati keakraban dengan tetangga.
***
Sekolah
kami, SMP Negeri 3 Pangsid. Sebuah nama sekolah yang aneh... hehehe. Tapi
jangan heran, itu hanya singkatan. Nama PANGSID itu merupakan singkatan dari PANGKAJENE
SIDRAP. Tapi jangan salah loowh, sekolah ini memiliki siswa-siswa yang ramah,
menyenangkan, tidak sombong, rajin menabung, dan berbakti pada orang tua (hihihi).
Dan..... yang terpenting adalah siswa ceweknya, cantik-cantik (walaah...).
pasti tak secantik siswa dari sekolah manapun yang pernah engkau temui.
SMP 3 |
Di
sekolah ini. Aku dan Ramli adalah mahasiswa yang paling dekat dengan siswa, scaara
kami berdua adalah pria baik-baik dan memiliki senyum termanis (preet....). Aku
ditugaskan mengajar di dua kelas, kelas 8.1 dan 8.2, sedangkan ramli mengajar
di kelas 8.3. Mengajar di dua kelas, tentulah aku punya porsi waktu mengajar
yang banyak, dan tentu saja mengurangi jatah waktu untuk bersantai. Untungnya,
guru pamongku, Pak Haris baiknya bukan main, segala yang bernama perangkat
pembelajaran yang sering bikin mahasiswa terperangkap dalam mengajar itu tidak
dibebankan kepada kami. Jadi tugasku hanya mempersiapkan mental, masuk kelas,
bertingkah sok tahu, dan memasang muka seramah mungkin.
Pak Haris bersama istri (tengah) |
Dikelas,
perbincangan selalu mengalir begitu saja. Situasi semi-formal kuterapkan dalam
pembelajaran dengan baik sekali. Dan hasilnya, bukan main. Saya akrab dengan
siswa, pembelajaran jadi menyenangkan, dan siswa-siswa yang mengangguk pasti
dengan hal yang kukatakan. Tapi jangan pernah tanya apakah mereka mengangguk paham
atau tidak, karena aku sendiri tidak yakin.
Nah.
Inilah dia, siswa-siswa yang baik hati, tidak sombong, senang belajar, rajin
menabung, dan berbakti pada orang tua itu..... Adhe. Ifha, Anhy, Uphy, Ekha,
dan Unnhu. (dari kiri ke kanan)
Me 'n' adik-adik |
Me, Ifha, unnhu, n Ritha |
Tidak terasa waktu
begitu cepat berlalu, moment dua bulan serasa dua hari saja (hallaah).
Pertemuan dan kebersamaan ini harus diakhiri, dan perpisahan adalah sesuatu hal
yang tidak terhindarkan. Tentu saja sangat tidak afdhal sebuah perpisahan tanpa
tangis dan air mata. Maka kami, saya dan ramli bersama adik-adik menyediakan
waktu khusus untuk menangis bersama.
Acara ini dilaksanakan
atas inisiatif adik-adik siswa. Sehari sebelumnya barulah secara khusus mereka
memberitahuku rencana mereka. Di kelas 8.1, saat jam terakhir tiba, para siswa
tidak ada yang pulang. Maka dimulailah seremoni menangis berjamaah ini dengan
hikmad. Dimulai dari pengantar dari Masriani, sang ketua kelas. Dia menyampaikan
kata-kata yang aduuhai, mampu menembus semua lapisan hatiku (wuiiizzhh).
Dilanjutkan dengan pembacaan puisi perpisahan oleh Uphy, dia menangis, Aku dan
Ramli menangis, mereka semua menangis. Tak lupa pula, diakhir acara mereka
memintaku memberikan sepatah kata yang akan mereka jadikan mutiara untuk
disimpan baik-baik. Tapi, aku tak bisa berkata-kata, segala definisiku tentang
kesedihan tak bisa lagi tergambarkan dengan kata-kata. Jadinya, aku hanya
menyampaikan terimakasih dan permohonan maaf terdalam saja, itu saja.
Terakhir, mereka menyediakan kado khusus buat aku dan ramli.
Aku menerimanya
dengan mata berkaca-kaca waktu itu, kutatapi mereka satu-satu dengan perasaan
gamang. Aku tahu, suatu saat aku akan sangat rindu pada mereka. Kusalami tangan
mereka dengan gagah sekali. Seolah hari itu adalah pertemuan kami yang terakhir
kalinya.
Now, your name
has been etched in my heart, and one day will return to
you with the same
heart condition. I will always love you all.
Kado dari siswa, dan kata-kata pengantarnya. hehehe... |
Sebelum berpisah, kami
sempatkan berfoto bersama di depan kelas. Aku merasa ini merupakan keakraban
yang tak biasa, sebuah sensasi kebersamaan yang tak mungkin ternilai dengan
materi, dan itu telah kami kekalkan dengan foto bersama. Melengkapi sealur
cerita yang telah kami ukir bersama di bumi Nene Mallomo.
Mengekalkan kebersamaan |
Sesampai diposko, barulah kubuka
baik-baik bungkusan kado itu. Dan.... sebuah jam meja yang cantik. “ Biar tidak
telat bangun pagi Kak” begitu bunyi sms Ifah yang dikirimkan ke hapeku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar